Senin, 20 April 2009

MENULIS PUISI

Menulis puisi menurut Wiyanto (2005:48), kemampuan menulis puisi sering dianggap sebagai bakat sehingga orang yang merasa tidak mempunyai bakat tidak dapat menulis puisi. Anggapan seperti itu tidak selalu benar, karena kalau membaca kisah sejumlah sastrawan, ternyata merekapun banyak berlatih. Seperti halnya jenis keterampilan yang lain pemerolehannya harus melalui belajar dan berlatih. Makin sering belajar dan makin giat berlatih, tentu makin cepat terampil.
Sebelum sampai pada proses kreatif penciptaan yang bersifat individual, kita akan bersama-sama mencoba melatih imajinasi dan daya kreatif kita dengan mengikuti daya kreatif berikut: (a) mendeskripsikan objek konkret secara emotif, (b) mengurai nama diri, (c) menulis puisi berdasarkan tokoh dalam sejarah, mitologi, atau karya sastra, (d) mengkonkretkan puisi dengan bantuan gambar, (e) menlis puisi berdasarkan pengalaman diri (Mulyana, Yoyo dkk, 1997:19-31).
Latihan menulis puisi tidak hanya mempertajam pengamatan dan peningkatan kemampuan bahasa. Karena alasan lain, dengan latihan penulisan puisi siswa diharapkan memperoleh minat segar yang muncul dari kedalaman puisi itu sendiri (Rahmanto, 1998:118).
 Menurut Wiyanto (2005), menulis puisi sebenarnya mengungkapkan gagasan dalam bentuk puisi. Gagasan itu dilandasi oleh tema tertentu. Oleh karena itu, sebelum menulis sebuah puisi lebih dahulu kita harus menentukan temanya, yaitu pokok persoalan yang akan kita kemukakan dalam bentuk puisi. Tema itu kemudian kita kembangkan dengan menentukan hal-hal apa yang akan dikemukakan dalam puisi. Dalam menulis puisi, kita harus memilih kata-kata yang tepat, bukan hanya tepat maknanya, melainkan juga harus tepat bunyi-bunyinya dan menyusun kata-kata itu demikian rupa sehingga menimbulkan kesan estetis. Selain itu, kita juga harus mendayagunakan majas agar puisi yang kita buat semakin baik.
 Menurut Jabrohim dkk (2003), proses kreatif bermula dari pemanfaatan fakta-fakta empirik sebagai moment estetik, sebagai sentuhan estetik. Fakta-fakta empirik itu kemudian dikembangkan dalam puisi. Cara efektif dalam pengembangan puisi ialah
a) Menemukan Diksi
Diksi atau pilihan kata mempunyai peranan penting dan utama untuk mencapai keefektifan dalam penulisan suatu karya sastra

b) Mengembangkan diksi dalam pengimajian
Imaji berperan untuk mengintensifkan, menjernihkan, dan memperkaya pikiran
c) Mengembangkan pengimajian dalam kata konkret
Pengokonkretan kata-kata berfungsi agar pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair
d) Mengembangkan bahasa figurati
Bahasa figuratif pada dasarnya adalah bentuk penyimpangan dari bahasa normatif, baik dari segi makna maupun rangkaian kata, dan bertujuan untuk mencapai arti dan efek tertentu
e) Memperbaiki bahasa-bahasa figuratif sesuai versifikasi
Versifikasi meliputi pengembangan ritma, rima, dan metrum. 
f) Penyusunan puisi dalam tipografi tertentu
Tipografi dilakukan dalam penulisan puisi berfungsi sebagai pembeda yang paling awal antara puisi dengan karya sastra yang lain.
g) Sarana retorika
Seorang penulis puisi harus memiliki gaya yang khas miliknya sendiri, agar puisi yang ia buat dikenal sebagai gaya khas miliknya.
 Menulis puisi merupakan mkegiatan produktif yang lahir dari ekspresi pribadi. Kepandaian menulis puisi bergantung pada pengalaman menulis puisi. Menurut Tjahjono (2002:35), sesungguhnya tidak ada resep pembuatan atau teori penyusunan puisi. Seandainya ada, justru akan membelenggu. Walaupun tidak ada teori penciptaan puisi, namun ada dalam penyusunan puisi sebagai berikut
1. Bahan puisi
 Bahan puisi adalah realitas kehidupan, pengalaman sehari-hari. Puisi dapat dimulai dari manapun misalnya, tema. Langkah pertama menghidupkan tema yang abstrak ke dalam luar peristiwa.
2. Bahasa puisi
 Pilihan kata harus padat dan cermat dengan menggunakan gaya bahasa yang sesuai dan berirama. Irama terbentuk dari perulangan bunyi yang sama atau sedaerah artikulasi.
3. Bentuk ekspresi
 Bentuk ekspresi menyangkut ciri visual puisi yang terbentuk oleh larik dan bait. Pada umumnya tiap satu bait mengandung satu pokok pikiran. Pemenggal;an larik harus cermat untuk menonjolkan makna.
4. Pengembangan bahan
 Puisi tidak sekadar melukiskan apa yang diamati, tetapi juga harus memberikan kritik, pemikiran, dan sebagainya.
5. Publikasi puisi
 Puisi diciptakaN tidak hanya untuk dibaca sendiri oleh penyairnya. Ada beberapa cara untuk mempublikasikan puisi antara lain dengan cara mengirimkan puisi ke koran-koran atau majalah. Membuat kliping, dan sebagainya. Aktivitas penting yang seharusnya dilakukan sebelum mempubliksikan puisi yaitu mendiskusikan karya kita dengan teman-teman yang lain.

2 komentar:

  1. kenapa hanya menurut orang ini, menurut orang itu, dll,dsb....???? kalau menurut anda sendiri????


    tetap semangat Lien...

    BalasHapus